Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

siapa dia, siapa kita?

Coklat panas dan ayun-ayun di taman depan rumahku sudah cukup untuk membuatku bahagia pagi Ini. mungkin benar kata temanku,  hal sederhana saja sudah membuatku bahagia. Sudah lama aku tidak mendengar kabar tentang dia, seorang lelaki yang dulu sempat ku cinta. Menahan rindu yang ada di kalbu bukanlah hal yang mudah. mengingatkan diriku bahwa dia sudah muak akan aku itu juga hal yang sulit. Saat kamu mengagumi seseorang apa adanya, dan sedangkan orang itu malah menganggap dirimu sesuatu yang tidak enak dilihat, bodoh bukan? "Kalau kita sayang sama orang, sadar diri dulu, siapa dia , siapa kita."

surat tengah malam

jadi, langsung saja ya. aku tau aku hanya seorang yang biasa saja yang sukanya ngoceh dan pecicilan. aku bahkan baru sadar bahwa sifat ku ini buruk sekali. aku juga baru sadar bahwa aku tak pantas untuk terus menyukaimu selama ini. aku tak berharap kamu akan membaca ini. aku bahkan tidak peduli kamu jijik terrhadapku atau tidak. aku muak. kamu? sudah pasti sangatlah muak. jadi ketimbang kita muak-muakan (?) aku sudahi saja ya. berhubung besok aku ada latian dan aku mungkin akan berangkat, jadi aku tidur dulu ya. kamu terserah mau ngapain. yang penting kamu ati-ati aja ya. semangat terus. jangan lupa doa. jangan lupa juga jaga kesehatan. itu pesenku. kalo ga mau kamu lakuin ya itu terserah kamu. dadah~. semoga waktu kita ketemu lagi, aku udah ga ada rasa. amin. yogyakarta, 16 april 2014 00:57 WIB Nindya Kirana

tebal

Gambar
Mereka temanku. Walaupun baru mengenal mereka selama 7 bulan kurang beberapa hari, tetapi tetap saja mereka temanku. Dari mereka bertujuh ada dua orang yang sangat sabar dan selalu peduli akan diriku ini. bukannya membedakan tapi pastilah diantara yang spesial pasti ada yang paling spesial dan bagiku, orang-orang spesial itu adalah Nungki dan Cacak. Nungki, sahabat yang suka marah-marah dan senang menasehati ini super sabar jika harus mengingatkanku akan sifat buruk yang masih menempel di kepribadianku. Dia juga sering mendengar keluhan dan cerita-ceritaku, entah, dia tak pernah jenuh mendengarkan omong kosongku. Cacak, sebenarnya dia bernama cynter atau Cynthia, tapi aku lebih senang memanggilnya cacak, entah kenapa. sahabatku yang beda segalanya kecuali agama ini juga sama seperti nungki, senang sekali marah marah dan menegurku jika aku berbuat salah. Aku tidak tahu mereka makan apa sampai-sampai mereka bisa sabar untuk menasehatiku terus menerus. Selain mereka berdua ada juga Aroon...

terakhir

untuk,   jiwa dan raga hai,  apa kabar? apa harimu menyenangkan? terimakasih ya sudah menemaniku berjuang selama ini. kamu kuat, kamu tak pantang menyerah dan kamu tak mengenal kata lelah. terimakasih telah memotivasiku selama aku berjuang, kamu selalu berkata aku pasti bisa, aku pasti bisa menggapai apa yang aku mau. aku sangat bertrimakasih atas apa yang telah kamu katakan dan kamu perbuat. Tapi, sekarang aku sudah lelah dan aku memilih untuk menyerah, maafkan aku karena telah membuatmu kecewa. maaf sekali. Tapi aku sudah sampai titik dimana realitas harus diutamakan ketimbang perasaan. "lebih baik tidak usah bertanya lagi, ketimbang jadi pengganggu?" "ada saat dimana kamu bisa mendapatkan sesuatu tanpa perlu berjuang sekeras ini." "lebih baik kamu mundur, ketimbang keloro-loro kaya gini" kata-kata itu ditujukan untuku dan untukmu, itu kata-kata temanku yang selalu terngiang-ngiang di pikiranku, mungkin mereka ada benarnya juga, lebih baik aku...

Dia

dia teman masa kecilku. orang yang selalu mendukung dan menopangku jika batin dan fisiku lelah. raga dan jiwaku sudah mencandu pada sosoknya. saat kecil dulu dia hanya bocah ingusanyang nakalk dan ssusah diatur, namun sekarang dia berubah menjadi lelaki tampan yang digemari banyak wanita. dulu, dia selalu memperoloku jika aku menyukai seorang lelaki lain dan akupun begitu jika dia pun menyukai seorang wanita yang takkan pernah dia miliki  saat aku sakit dia biasa menyanyikan lagu sebelum aku tidur, dan membawakan segelas air putih sebagai penggantinya jika dia sudah mengantuk dan ingin pulang. orang-orang yang baru pertama melihat kami biasanya mengira kalau kami ini sepasang kekasih, tapi nyatanya bukan,kami lebih mirip dibilang kakak-beradik. dia sangatlah keras kepala dan hanya aku yang bisa melunakkan apa yang ada di dalam kepalanya itu. semua berjalan sempurna hingga dia mulai menjauh dariku, aku tak tahu kenapa dan bagaimana itu bisa terjadi. semua terungkap saat aku melihat...